Langsung ke konten utama

KENAPA DIPERKOSA

==================== Sungguh aku telah diperkosa beramai-ramai. Tanpa ampun. Tak menyisakan rasa malu.Nilai-nilai universal Pancasila hanya indah di depan podium para penguasa. Bagi para pemerkosa, Pancasila hanya dianggap sebagai kumpulan kata, tanpa makna. Sekali waktu dipidatokan. Dilain kesempatan dijadikan perisai dan alat pemukul lawan. Akibatnya semua DIAM,  ketika aku diperkosa dan diperkosa. Sungguh aku hanya bisa menjerit. Tidak bisa berbuat apa-apa. Kecuali hanya sekali-kali bisa meronta. Sampai sekarang. Aku masih terus diperkosa. Oleh orang-orang  yang gagah perkasa. Tak peduli mereka bertabur bintang di atas pundaknya. Bertabur lencana di dadanya. Mereka terus memperkosa. Tanpa peduli. Tanpa nurani.  Sekali lagi, aku hanya bisa menangis dan meronta. Mereka tak peduli warga sekitarku berteriak-teriak. Karena diluar sana, ada orang yang menjaga sambil membawa alat peredam suara. Apa itu ?  Uang dan mahkota. Sehingga semuanya menjadi sunyi. Sepi.... Sementara aku terus diper

SATU PARTAI ISLAM, MIMPI ATAU KEHARUSAN

    Sebaiknya semua tokoh muslim bersatu, bergabung dalam satu partai. Jangan cerai berai. Jangan lagi menunggu perolehan suara hasil pemilu 2024. Pelajaran sejarah apa lagi yang kamu dustakan. Nanti partsi islam akan tertipu, menyesal dan kecewa lagi.  Cerai- berai itu melawan SUNNATULLAH. 

    Apakah masih belum cukup, untuk membuka pintu kesadaran kita semua, bahwa umat islam saat ini sedang diadu domba dan dicerai beraikan. 

    Merapatlah semua tokoh muslim dalam satu barisan yang kokoh. Nggak perlu ada masyumi reborn, nggak perlu ada partai umat, partai amanat, partai kebangkitan ,  partai persatuan , partai keadilan, partai gelora, partai bulan bintang dan seterusnya. 

    Sudah saatnya umat  islam bersatu. Hanya ada satu pilihan, SATU PARTAI, yaitu partai ISLAM. Mungkin ide ini dianggap sebuah mimpi. Dan ALHAMDULILLAH kita masih bisa bermimpi. Karena ada sebagian orang, yang bermimpipun sudah nggak sanggup dan bahkan tertutup. Pada hal banyak juga mimpi yang menjadi sebuah kenyataan. 

    Belajarlah, untuk melepaskam ego masing-masing. Demi umat islam kedepan. Bukan demi kursi dan jabatan. Apalagi hanya demi gengsi dan uang. Karena itu semua hanya tipu daya, yang akan membuat umat islam terkapling-kapling, cerai berai tanpa kolaborasi dan kohesi. Ujungnya jadi bancaan.

    Sudah bukan saatnya kita merasa paling. Apakah itu paling hebat, paling cerdas dan lain-lain. Akhiri semua perasaan paling itu. Karena diseberang sana, mereka cikikikan sambil berteriak serentak " HOREEEE ".

    Berteriak " HOREEE ",  karena mereka gembira ria menyaksikan semua tokoh muslim saling menafikan antara yang satu dengan yang lain. Masing-masing tokoh punya partai sendiri. Partai gurem, yang terkadang berakhir dengan " papan nama" tanpa makna. 


SUPARNO M JAMIN, Pengamat Politik


    
Mereka lupa  atau mungkin nggak pernah belajar dari sejarah dan peringatan-peringatan dari LANGIT. Bahwa semakin banyak partai islam, atau partai yang berbasis Islam, semakin tertutup pintu kemenangan. Dari Pemilu ke Pemilu, partai islam hanya jadi gerbong terakhir, bukan gerbong  paling depan atau gerbong lokomotif. 

    Karena hanya dapat gerbong terakhir, maka hanya kebagian sisa. Itupun hanya ala kadarnya. Daripada tidak dapat sama sekali. Pada hal secara statistik, harusnya partai islam yang jadi lokomotif  KERETA NKRI. 

    Ini semua berakar dari cerai-berainya umat  umat islam. Sehingga umat islam hanya unggul dalam statistik, tapi tak berlanjut dalam peta politik praktis. Dalam tataran politik praktis nyaris nggak dihitung lagi. Seperti buih, yang disapu oleh bsdai potik kekuasaan, yang memang kharakternya cenderung demikian. 

    Saatnya umat islam siuman. Kembali ke spirit al-Qur'an dan as-Sunnah ( Q.3 : 103 ). Sambil senantiasa merenung, betapa pentingnya umat islam melek politik. Syukur-syukur juga memahami geopolitik global. agar terhindar dari berbagai label yang merugikan,  yang disematkan oleh para imperialisme dan kapitalisme global. Dan lebih khusus lagi, jangan sampai  negeri ini  menjadi TIRANI MINORITAS  yang MEMINGGIRKAN MAYORITAS, yang endingnyat derita umat islam yang berkepanjangan.

INDONESIA  RAYA, 8. NOPEMBER 2020.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KENAPA DIPERKOSA

==================== Sungguh aku telah diperkosa beramai-ramai. Tanpa ampun. Tak menyisakan rasa malu.Nilai-nilai universal Pancasila hanya indah di depan podium para penguasa. Bagi para pemerkosa, Pancasila hanya dianggap sebagai kumpulan kata, tanpa makna. Sekali waktu dipidatokan. Dilain kesempatan dijadikan perisai dan alat pemukul lawan. Akibatnya semua DIAM,  ketika aku diperkosa dan diperkosa. Sungguh aku hanya bisa menjerit. Tidak bisa berbuat apa-apa. Kecuali hanya sekali-kali bisa meronta. Sampai sekarang. Aku masih terus diperkosa. Oleh orang-orang  yang gagah perkasa. Tak peduli mereka bertabur bintang di atas pundaknya. Bertabur lencana di dadanya. Mereka terus memperkosa. Tanpa peduli. Tanpa nurani.  Sekali lagi, aku hanya bisa menangis dan meronta. Mereka tak peduli warga sekitarku berteriak-teriak. Karena diluar sana, ada orang yang menjaga sambil membawa alat peredam suara. Apa itu ?  Uang dan mahkota. Sehingga semuanya menjadi sunyi. Sepi.... Sementara aku terus diper

KEMBALI KE UUD 1945, SEBUAH PILIHAN AKAL SEHAT, DAN LEBIH MENGHARGAI DAN MENGHORMATI PARA PENDIRI BANGSA & NEGARA

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa  UUD hasil  AMANDEMEN adalah palsu. Juga tidak kalah banyaknya mereka yang melontarkan ide dan gagasan untuk kembali ke UUD 1945 yang asli.  Gagasan ini dilatarbelakangi oleh fakta kehidupan sosial politik dan ekonomi yang  menguntungkan para penguasa dan para pemilik modal, antara lain melalui UU MINERBA dan UU CIPTA KERJA, nama lain dari OMNIBUS LAW. Diperparah lagi dengan keterbelahan masyarakat yang semakin meluas, dan membanjirnya TKA dari Tiongkok.  .  Sedangkan kaum pribumi yg mayoritas umat islam semakin terpinggirkan, baik secara ekonomi maupun politik. Tidak jarang umat Islam jadi sasaran stigmatisasi yang tiada ujung akhirnya. Antara lain, dengan label radikal, anti kebhinekaan, intoleran, teroris dan anti NKRI.  Pada hal sesungguhnya yang intoleran dan anti NKRI itu adalah  minoritas yang ingin mengangkangi kekayaan negeri ini secara ekstrem.  Betapa tidak,  1% penduduk Indonesia menguasai sekitar 45 -59 % kekayaan Nasional  ( Chusnul M